Salah satu tuntutan utama agama Islam kepada kita -setelah mengaku beriman- adalah terikatnya suatu persaudaraan di antara kita, yang biasa kita sebut sebagai ukhuwah. Lalu mengapa ukhuwah itu penting, sampai-sampai Allah sebut dalam al-Hujurat:10

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.”

Disini ada kata إِخْوَ, yang artinya bersaudara, kata Ikhwan jika disandingkan dengan laki-laki sebenarnya sudah diartikan saudara, begitu juga dengan kata Akhwat. Tapi Allah menggunakan kata إِخْوَ. Jika kita dalami ilmu tafsir, penggunaan kata إِخْوَ ini begitu dalam artinya. Ini artinya, umat Islam hidup layaknya saudara sekandung. Sekalipun secara silsilah mereka berbeda, beda budaya, profesi, tempat tinggal dan lainnya. Tapi mereka satu, itu namanya إِخْوَ.

Maka, kata إِخْوَ ini mengungguli konsep-konsep persaudaraan di muka bumi ini. Alasannya, karena persaudaraan di muka bumi ini sangat sering bersifat temporal alias sementara. Contoh misalnya, ada orang yang bersaudara karena pendidikan, namun begitu beda profesi atau birokrasi, persaudaraan juga mudah terkikis. Karena lemahnya karena persamaan satu pendidikan. Begitu juga dengan ikatan suku, marga, namun itu bisa relatif lemah jika status sosial berbeda. Maka di atas itulah adanya ukhuwah, perasaan saudara sekandung.

Tak heran, jika kita sedang salat berjamaah, lepas semua atribut-atribut selama ini yang menempel di diri masing-masing. Karena kita semua menuju ke tujuan satu, yang sama, yakni nawaitu lillahi ta’ala, aku berniat semata-mata mencari keridhoan Allah. Itulah mengapa jika ada yang mengaku muslim namun masih membeda-bedakan yang lainnya, keimanannya patut dipertanyakan. Terlebih karena perbedaan organisasi, aliran, kelompok politik, lalu melepaskan persaudaraan, itu keimanannya masih kurang. Saat kita bersyahadat itulah, sebenarnya kita sudah melepaskan perbedaan, karena semua menuju lillahi ta’ala.

Maka dalam rangka ukhuwah ini, jalan yang terpenting dalam hal ini adalah menajalankan silaturahmi. Silaturahmi sanggup menyambung rahim, kasih sayang, kasih yang tinggi layaknya kasih seorang ibu. Ukhuwah berarti kita menjadi pribadi yang suka menyambungkan silaturahmi.

Dalam hadits diriwayatkan oleh Abi Dzar al-Ghifari r.a. saat para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Ya Rasulullah, ajarilah saya amalan yang dapat mendekatkan diri ke Surga dan menjauhkan saya dari neraka,” Rasul menjawab “Yang pertama, dia harus menyembah kepada Allah, dan bukan termasuk yang mendustakan-Nya. Yang kedua, adalah yang mendirikan salat. Yang ketiga, orang yang menunaikan zakat. Yang keempat, orang yang suka menyambung tali silaturahmi.”

Mereka yang suka bersalaman, mengunjungi orang lain, mengucapkan salam, maka mereka adalah golongan yang mudah masuk ke surga dan dihindarkan dari neraka. Dalam bidang pekerjaan, kita tentunya mengenal dan membutuhkan relasi. Relasi inipun dibangun atas dasar trust, atau kepercayaan dari orang lain. Maka agar termasuk dalam kategori yang suka menyambung silaturahmi, kita tidak boleh termasuk ke dalam mereka yang ‘suka menggunting dalam lipatan.’