Hadirin jamaah jumat yang berbahagia,
Maha suci Allah yang pada hari ini mempertemukan kita, Jumat kali ini, kalau bukan karena petunjuk-Nya, sulit bagi kita untuk bertemu. Oleh karena itu, sepatutnya lah setiap saat kita mengucapkan rasa syukur hanya kepada Allah swt.

Shalawat dan salam juga kita tujukan kepada Baginda Nabi Muhammad saw, yang Alhamdulillah dengan ajaran beliau semakin hari membawa kita semakin dekat, semakin mengerti dan semakin memahami makna Islam itu sendiri. Yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah swt.

Hadirin yang berbahagia,
Jumat kali ini adalah, apa yang akan dikatakan dengan Nuzulul Qur’an dan malam Lailatul Qadr. Puasa hari ini adalah puasa yang ke-16 dan Insya Allah pada malam nanti kita akan masuk pada malam ke-17.

Tradisi keagamaan yang bersifat nasional biasanya pada malam ke-17 itu diperingati Nuzulul Quran. Yaitu memperingati turunnya al-Qur’an. Bulan puasa memiliki ketertarikan yang erat dengan momentum diturunkannya al-Qur’an. Sebagai pedoman dan sumber pandangan hidup orang yang beriman dan bertakwa.

Zalikal-kitabu la raiba fih(i), hudal lil-muttaqin.
[Kitab yang diturunkan Allah kepada umat Islam adalah isinya tidak ada keraguan di dalamnya bagi orang yang bertakwa]

Siapa yang dimaksud orang takwa dalam ayat ini ialah orang yang memunyai kesadaran dalam kesehariannya selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak-geriknya. Dalam al-Qur’an ada tiga kegiatan yang dijelaskan hal diturunkannya al-Qur’an. Ketiganya adalah derivasi atau kata turunan dari akar kata yang sama yaitu Nasr. Yang pertama adalah inzal (إنزال), yang kedua adala nuzul (نزول), sebagaimana yang sering kita dengar dalam nuzulul qur’an, dan yang ketiga adalah tanzil (تنزيل).

Al-Qur’an diturunkan pada malam-malam ganjil dalam 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Malam tersebut dinamakan malam lailatul qadr. Kenapa malam itu disebut malam lailatul qadr? karena pada malam itu adalah malam dipastikannya atau ditentukannya akan bagaimana kehidupan kita setahun ke depan.

Malam itu penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Sehingga ibadah dan amal shaleh yang dilakukan pada malam itu sama nilainya dengan nilai ibadah 1000 bulan, bagi yang mendapatkannya. Jikalau begitu, 1000 bulan sama dengan 80 tahun dari sinilah kemudian dapat diasumsikan bahwa siapa saja yang mendapatkan malam lailatul qadr, akan mendapatkan pengalaman spiritual yang sangat luar biasa atau pengalaman rohani yang lebih hebat dari amalan 80 tahun.

Al-Qur’an coba menjelaskan akan hal ini, dari ayat 1 sampai 3 sebagaimana tadi khotib bacakan.
inna anzalnahu fi laylatul qadr. (Sesungguhnya Aku turunkan al-Qur’an pada malam lailatul qadr)

Kenapa ibadah yang kita lakukan pada lailatul qadr sama nilanya dengan 1000 bulan atau 80 tahun? Karena pada malam lailatul qadr itu dimensi waktunya Allah samakan dengan dimensi waktu di Surga. Sehingga nilai dari ibadah dengan waktu yang sangat sebentar itu sama dengan nilainya 1000 bulan.

Jamaah yang berbahagia,
Kembali pada proses turunnya al-Qur’an, proses serupa dialami oleh kitab-kitab suci samawi lainnya. Selanjutnya al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril yang waktunya kurang lebih 23 tahun.
Al-Qur’an sebagai kitab suci merupakan simbol proses kelanjutan risalah Allah, al-Qur’an sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya. Al-Qur’an befungsi menjelaskan posisi kitab-kitab sebelumnya dan yang paling penting adalah kedudukannya dengan kaitan kitab-kitab suci sebelumnya adalah sebagai pengoreksi terhadap kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.

Apa artinya? ini menjelaskan bahwa fungsi utama kedatangan al-Qur’an adalah telah terjadi penyimpangan dan penyelewengan terhadap misi dan kesucian kitab-kitab suci sebelumnya.

Ketika kitab-kitab suci samawi yang diturunkan Allah swt. terjadi pergeseran, maka al-Qur’an diturunkan untuk memperbaiki dan mengoreksi nilai tauhid yang diturunkan. Oleh karena itu, al-Qur’an disebut juga pengoreksi nilai ajaran otensitas tauhid yang mulai melanggar.

Firman Allah dalam surat ali-Imran ayat 3:
Dia menurunkan kitab al-Qur’an kepadamu dengan sebenar-benarnya. Menggunakan kitab yang telah diturunkan sebelumnya yakni taurat dan injil.

Jadi pada dasarnya konsep tauhid yang dibangun oleh kitab-kitab sebelumnya tidak ada perbedaan dengan al-Qur’an. Al-Qur’an bahkan mengoreksinya.

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia,
Itulah sebabnya, ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., adalah Surat al-Maidah ayat 3
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Aku ridhai Islam menjadi agama bagimu“.

Ayat ini menjelaskan sebenarnya bahwa ajaran Islam itu telah dipraktekan sejak mulai manusia pertama diturunkan, yaitu Nabi Adam as., artinya ajaran Islam itu telah dipraktekkan oleh Nabi Adam as., sampai kepada Rasulullah, dan Rasulullah sebagai nabi penutup dari 25 nabi itu, dan itu adalah sebaik-baik penutup dan melegalkan Islam sebagai agama yang tauhidnya sama dengan tauhid yang dibawa oleh rasul yang diutus sebelumnya.

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia,
Ayat ini menjelaskan sekali lagi bahwa ajaran agama Islam adalah Islam yang sudah dimulai visi dan misi dari kerasulan Adam as., sudah dinyatakan dengan sempurna. Jadi tidak ada lagi setelah Islam agama lain, dan tidak ada lagi kiab suci setelah al-Qur’an.

Karena disini Allah menjelaskan bahwa pada hari itu adalah hari dimana Allah menyempurnakan agama Islam.

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia,
Bersamaan dengan penjelasan ibadah puasa, sedapat mungkin mari kita membaca dan merenungkan al-Qur’an. Dan menjadikan al-Qur’an benar-benar sebagai pedoman dalam kehidupan keseharian kita.
Semoga kita mendapat petunjuk dan hidayah Allah melalui al-Qur’an sehingga hati kita menjadi sejuk, damai serta sakinah dalam menjalankan kehidupan.

Disampaikan oleh Dr. Nawiruddin, MA. di Bellagio Mall pada Jumat 3 Juli 2015.